Benalu
yang merupakan tanaman parasit, ternyata
berpotensi sebagai antikanker. Senyawa yang terkandung dalam benalu dan
kemungkinan beraktivitas antikanker adalah flavonoid, tanin dan asam amino. Kuersetin
merupakan senyawa flavonoid utama yang
terkandung dalam benalu tersebut. Flavanoid adalah senyawa polifenol yang
banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Flavonoid telah menunjukan
perannya sebagai antioksidan, antimutagenik, antineoplastik dan aktifitas
vasodilatator (Miller, 1996). Menurut Lamson,
et al. (2000) kuersetin (3,3’,4’,5,7-pentahydroxyflavone) termasuk molekul
yang banyak ditemukan di alam. Kuersetin merupakan suatu aglikon yang apabila berikatan
dengan glikonnya akan menjadi suatu glikosida. Senyawa ini dapat beraksi
sebagai antikanker pada regulasi siklus sel,
berinteraksi dengan reseptor estrogen (ER) tipe II dan menghambat enzim tirosin
kinase. Kuersetin juga memiliki aktivitas antioksidan yang dimungkinkan oleh
komponen fenoliknya yang sangat reaktif.
Kuersetin
akan mengikat spesies radikal bebas sehingga dapat mengurangi reaktivitas
radikal bebas tersebut. Kuersetin
merupakan kandungan utama dari flavonoid
benalu. Kadar kuersetin yang teridentifikasi dalam benalu yang didapat dari
inang teh masing-masing sebesar 2,7 mg/g dan 9,6 mg/g untuk Macroselon avenis
dan Scurrula oortiana. Sedangkan kadar kuersetin untuk Scurrula oortiana dari
beunying sebesar 6,1 mg/g; Scurrula parasitica
dari jure 5,1 mg/g; 3 Scurrula Montana dari cantigi wungu 8,4 mg/g; Scurrula ferruginea dari kopi sebesar 9,1 mg/g;
Dendrophthoe pentandra dari puring sebesar 35,1 mg/g; dan Dendrophthoe
pentandradari randu sebesar 39,8 mg/g (Rosidah, et al., 1999). Kuersetin merupakan molekul flavanol yang
terdapat pada benalu mangga (Dendrophthoe pentandra) (Han, et al., 2007).
Molekul flavanol merupakan salah satu jenis flavonoid yang aktif sebagai
antioksidan (Partt, 1992). Sifat antioksidan dari senyawa kuersetin mampu
menginhibisi proses karsinogegesis. Senyawa karsinogen merupakan senyawa yang
mampu mengoksidasi DNA sehingga terjadi mutasi (Kakizoe, 2003). Kuersetin
sebagai antioksidan dapat mencegah terjadinya oksidasi pada fase inisiasi maupun
propagasi. Pada tahap inisiasi kuersetin mampu menstabilkan radikal bebas yang dibentuk oleh senyawa karsinogen seperti
radikal oksigen, peroksida dan
superoksida (Gordon, 1990). Kuersetin menstabilkan senyawa-senyawa tersebut
melalui reaksi hidrogenasi maupun pembentukan kompleks (Ren, et al., 2003). Melalui reaksi tersebut radikal
bebas diubah menjadi bentuk yang lebih stabil sehingga tidak mampu mengoksidasi
DNA. Selain itu, didapatkan turunan radikal antioksidan yang relatif memiliki
keadaan yang lebih stabil dibandingkan radikal bebas yang dibentuk senyawa
karsinogen tadi (Gordon, 1990). Meskipun demikian radikal kuersetin memiliki
energi untuk bereaksi dengan radikal antioksidan lain.
Radikal-radikal
antioksidan dari kuersetin dapat saling bereaksi membentuk produk nonradikal
(Hamilton, 1983). Pada tahap propagasi kuersetin mencegah autooksidasi, yaitu
mencegah pembentukan radikal peroksida melalui pengikatan senyawa radikal
secara cepat agar tidak berikatan dengan oksigen. Dengan adanya kuersetin maka
reaksi oksigenasi yang berjalan secara cepat dapat di cegah sehingga pembentukan
radikal peroksida pun dapat dicegah. Kuersetin juga berikatan dengan radikal
peroksida yang telah terbentuk dan menstabilkannya sehingga reaksi autooksidasi
yang secara cepat dan berantai dapat dihambat.